Mirwansyah Desak Panglima TNI Usut Tuntas dan Beri Keadilan Bagi Keluarga Korban

Spread the love

PEKANBARU, Tepakonline.com- Kasus dugaan penculikan dan penganiayaan yang berujung meninggalnya Imam Masykur (25), warga Aceh di Jakarta, menyedot perhatian publik.

Kasus ini mendapat perhatian luas, karena diduga kuat melibatkan oknum Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), karena salah satu pelakunya diketahui berinisial Praka RM.

Pengacara asal Aceh Singkil, Mirwansyah SH, MH ikut angkat bicara, menyampaikan klarifikasi tentang hubungan dirinya dengan pelaku dan sikapnya terhadap kasus tersebut.

Pernyataan ini disampaikan oleh Mirwansyah melalui sebuah video berdurasi 4 menit 2 detik, yang diunggah di akun media sosial miliknya, di Tiktok, Facebook, dan Instagram.

Diketahui, Mirwansyah merupakan pengacara berdarah Aceh Singkil yang berkarir di Provinsi Riau. Ia merupakan alumni pascasarjana Universitas Islam Riau yang menjabat sebagai Ketua HRV DEVOTEE Indonesia (HDI) Riau periode 2021-2023.

Mirwansyah merupakan salah satu pengacara yang aktif di media sosial dan kerap menyuarakan pembelaan terhadap orang-orang tertindas.

Di TikTok, Mirwansyah memiliki 287,1 ribu followers dan di Instagram memiliki 69 ribu followers.

Dalam video klarifikasi dan penjelasan Mirwansyah terkait kasus penganiayaan yang berakibat meninggalnya Imam Masykur ini telah ditonton lebih dari 537 ribu kali, Senin (28/08/23).

Video ini dibuat Mirwansyah khusus untuk menanggapi pertanyaan netizen yang seakan memojokkan dirinya, sekaligus mendorong dirinya sebagai pengacara untuk ikut mengawal kasus penganiayaan hingga terenggutnya nyawa Imam Masykur.

“Usut juga kasus yang anak Aceh itu ya Bang. Apalagi berkaitan dengan sepupu Abang. Harus adil ya soal hukum itu,” demikian salah satu pernyataan netizen yang menjadi dasar bagi Mirwansyah membuat video klarifikasi tersebut.

Mengawali pernyataannya dalam video itu, Mirwansyah menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam dan menyampaikan doa kepada almarhum Imam Masykur serta keluarganya.

Selanjutnya, Mirwansyah menyampaikan penjelasannya tentang hubungannya dengan pelaku penganiyaan, Praka RM yang merupakan sepupunya.

Namun dia menjelaskan bahwa perbuatan Praka RM tidak ada kaitannya dengan saya.

Ia merasa heran ketika netizen mengaitkan antara perbuatan “terkutuk, terkeji, dan tidak manusiawi” yang dilakukan oleh RM dikaitkan dengan dirinya.

“Tidak ada kaitannya (dengan saya), meskipun dia sepupu saya, lalu kalau kemudian dia berbuat salah bisa dikaitkan dengan saya, tidak fair seperti itu,” ungkap Mirwansyah.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin mengklarifikasi terkait dengan berita viral oknum anggota Paspampres yang melakukan penganiayaan terhadap Imam Masykur warga Bireuen Aceh.

Pertama, saya ingin menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya almarhum. Semoga almarhum diterima segala amal kebaikannya dan dia pun kan segala dosanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kemudian yang kedua, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran ketabahan dan mendapatkan keadilan.

Benar bahwa Riswandi Manik adalah sepupu saya. Kami sama-sama berasal dari Aceh Singkil, namun perbuatan Riswandi Manik tidak ada kaitannya dengan saya.

Kenapa kemudian netizen mengaitkan antara perbuatan terkutuk, terkeji, tidak manusiawi yang dilakukan oleh Riswandi Manik dikaitkan dengan saya.

Tidak ada kaitannya, meskipun dia sepupu saya lalu kemudian kalau dia berbuat salah bisa dikaitkan dengan saya, tidak fair seperti itu.

Saya memohon kepada Bapak Panglima TNI untuk mengusut dan memberikan keadilan kepada keluarga korban.

Tidak ada yang kebal hukum, equality before the law, dan saya ingin pastikan dan tegaskan kepada semuanya saudara-saudaraku, khususnya warga Aceh, bahwa saya tidak akan membela Riswandi Manik.

Saya juga keluarga Aceh, asli kelahiran Aceh, mama saya orang Aceh Aceh Singkil dan kita semua mengutuk perbuatan yang dilakukan oleh Riswandi Manik.

Oleh karena itu saya mohon dengan semua pihak, karena ini sudah sangat ramai yang ngetag-ngetag saya di TikTok, di Instagram, di Facebook, terkait dengan berita yang sedang viral ini, saya pikir kita fokus bagaimana kemudian keluarga mendapatkan keadilan.

Terakhir saya baca di berita bahwa Riswandi Manik sudah diamankan oleh POM.

Kita ikuti, kita kawal, agar kemudian Riswandi mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatannya.

Dan saya mohon sekali lagi kepada netizen, saya ini enggak ada kaitannya sama apa yang dilakukan oleh Riswandi Manik.

Jadi saya mohon tolong jangan menghubungkan antara perbuatan keji tidak manusiawi yang dilakukan oleh Riswandi Manik dengan saya.

Saya fokus di Pekanbaru, bagaimana masyarakat kecil mendapatkan keadilan.

Saya tidak menolerir sedikitpun tindak kekerasan karena itu sangat tidak manusiawi.

Dan saya berharap kalau memang ada pelaku selain Riswandi Manik, kita mohon kalau ada warga sipil yang ikut melakukan perbuatan keji itu, kita minta kepada Bapak Kapolri, Bapak Kapolda Metro Jaya, untuk juga menangkap ke pelaku karena ini sudah sangat tidak manusiawi dan biadab.

Terakhir saya ingin menyampaikan turut berduka atas meninggalnya almarhum.

Semoga almarhum diterima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keluarga diberikan ketabahan dan kesabaran atas musibah ini.

Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya tidak akan membela Riswandi Manik, bahwa saya mengutuk perbuatan Riswandi Manik.

Riswandi Manik harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang sangat tidak manusiawi ini.

Terima kasih semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan kita perlindungan. Wabillahitaufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Kronologi kejadian

Sebelumnya diberitakan, seorang warga Aceh bernama Imam Masykur (25), meninggal dunia setelah mengalami penyiksaan yang diduga dilakukan oleh oknum anggota Paspampres.

Namun hingga kini, belum diketahui persis bagaimana kronologis peristiwa penyiksaan yang menyebabkan warga Aceh tersebut meninggal dunia.

Informasi tentang dugaan penculikan dan penyiksaan terhadap warga asal Desa Mon Kelayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen hingga meninggal dunia itu beredar cukup cepat di kalangan masyarakat Aceh, pada Minggu (27/8/2023).

Foto-foto korban, termasuk foto penyerahan mayat korban di RSPAD Jakarta Pusat, dan sejumlah video yang diduga saat korban mengalami penyiksaan pun ikut beredar.

Berdasarkan informasi yang diterima, pada tanggal 12 Agustus 2023, korban Imam Masykur didatangi pelaku lalu membawa pergi secara paksa.

Setelah itu, keluarga menerima telepon dari korban dan saat itu ia menyebutkan sedang dianiaya oleh pelaku yang menjemputnya.

Tak hanya itu, pelaku juga mengirimkan video penyiksaan Imam Masykur kepada keluarganya.

Setelah itu, korban tidak lagi bisa dihubungi dan tidak pulang-pulang lagi ke rumah.

Karena itu, keluarga korban bernama Said Sulaiman melaporkan kejadian tersebut ke Polda Metro Jaya pada 14 Agustus 2023.

Menurut Said Sulaiman, Imam Masykur dibawa paksa di kawasan Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 12 Agustus 2023.

Setelah beberapa hari tak ada kabar lagi tentang Imam Masykur, baru pada tanggal 24 Agustus 2023, keluarga korban mendatangi RSPAD Jakarta Pusat untuk mengambil jenazah Imam Masykur.

Jenazah Imam Masykur diterima oleh Said Syahrizal yang merupakan keluarganya.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Imam Masykur sempat meminta untuk dikirimi uang senilai Rp 50 juta.

Permintaan tersebut diketahui dari sejumlah video detik-detik Imam Masykur disiksa oleh pelaku penganiayaan.

Dalam beberapa video yang beredar, salah satunya tampak Imam Masykur disiksa oleh pelaku di dalam mobil.

Sementara video lainnya, tampak seorang laki-laki warga Aceh menerima telepon dari Imam Masykur.

Dalam video itu, terdengar suara Imam Masykur yang meminta dikirimkan uang sebesar Rp 50 juta.

Dalam percakapan itu, juga terdengar bahwa Imam Masykur menyebutkan bahwa ia sedang dipukuli.

“Neu kirem peng siat 50 juta (tolong kirim uang 50 juta),” ucap pria yang diduga Imam Masykur dengan suara yang terdengar terengah-engah.

Lalu pria yang berrkomunikasi dengan Imam Masykur itu mengatakan tidak ada uang, tapi akan berusaha untuk mencarinya.

“Neu kirem jino aju bueh, meuhan matee lon (kirim terus sekarang ya, kalau tidak mati saya),” begitu suara yang terdengar di akhir percakapan.

Dalam video lain terlihat kondisi tubuh Imam Masykur yang berdarah-darah.

Saat itu terdengar dia berulang kali mengatakan “dek kirem peng 50 juta peugah bak mak beuh, abang ka ipoh nyoe (Dek, tolong bilang sama mamak suruh kirim uang 50 juta, abang sudah dipukul).

Sumber: riauintegritas.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *